Tahukah Kamu ?

Tahukah Kamu ?

-
tulang paha manusia, jauh lebih kuat dari konstruksi beton.
-Gajah adalah satu-satunya mamalia yang tidak bisa meloncat.
-Kuku jari tangan manusia tumbuh empat kali lebih cepat daripada kuku jari kakinya..
-Cocacola bakal berwarna ijo, seijo cendol kalo gak dikasih tambahan pewarna dalam proses pembuatannya..
-bumi, adalah satu2nya planet di sistem tata surya kita yang tidak dinamakan dengan nama dewa-dewi

Cari Artikel Ini

Minggu, 23 September 2012

Lubang Hitam, Pemangsa di Alam Semesta


Apa yang ada di benakmu ketika seseorang menyebut lubang hitam? Sebuah lubang yang dalam dan gelap? Ataukah sebuah lubang raksasa yang bisa melahap apa saja di dekatnya?
Sebagian besar orang memang akan langsung mengasumsikan lubang hitam sebagai pusaran yang lapar dan mampu melahap apa saja yang ada disekitarnya. Sayangnya anggapan itu tidak sepenuhnya benar.
Apa itu Lubang Hitam ?
Lubang hitam merupakan obyek yang gravitasinya sedemikian kuat sehingga kecepatan lepasnya jadi jauh lebih besar dari kecepatan cahaya. Ups, apa maksudnya ya?
Lubang hitam masif di Bimasakti. Kredit gambar : IFA Hawaii
Apa yang menahan kita tetap berpijak di Bumi? Tak lain adalah gaya gravitasi. Tapi ternyata gaya gravitasi ini bisa dikuasai untuk tidak menahan seseorang tetap berada di Bumi. Bagaimana caranya?
Coba lemparkan batu ke udara. Ia akan mengangkasa sesaat sebelum gravitasi Bumi memperlambat geraknya dan menariknya  kembali ke tanah. Lemparkan lebih kuat lagi maka ia akan bergerak lebih cepat dan tinggi sebelum kemudian jatuh kembali. Tapi batu itu bisa saja lepas kalau dilempar lebih kuat lagi sehingga ia bisa memiliki kecepatan yang cukup untuk lepas dan gravitasi Bumi tidak akan memperlambat dan menghentikan gerak si batu tadi. Pada kondisi ini batu yang dilemparkan tadi akan memiliki kecepatan yang cukup untuk lepas dari Bumi. Seberapa besarkah kecepatan itu?
Di Bumi, untuk dapat lepas dari pengaruh gravitasi dibutuhkan kecepatan lepas sebesar 11 km / detik. Bayangkan betapa cepat sebuah benda harus bergerak untuk bisa lepas dari pengaruh gravitasi Bumi. Di tempat lain kecepatan yang dibutuhkan pun akan berbeda bergantung pada gravitasi di lokasi tersebut. Semakin besar gaya gravitasi sebuah benda maka semakin besar pula kecepatan lepasnya.
Contohnya di Matahari. Massa Matahari 330000 kali lebih besar dari Bumi dan seandainya kita bisa berjalan di permukaan Matahari, gravitasinya akan menarik kita 28 kali lebih kuat dari gravitasi Bumi. Dengan demikian Matahari punya kecepatan lepas yang jauh lebih besar dari Bumi yakni 600 km/detik atau 3000 kali lebih cepat dari kecepatan pesawat jet.
Sekarang, ambil sebuah obyek kemudian remas sehingga ukurannya jadi kecil atau ambil sebuah obyek dan tambahkan massa ke dalamnya, maka gravitasinya dan juga kecepatan lepasnya akan semakin besar. Jika itu terus dilakukan, pada satu waktu kamu akan memiliki sebuah obyek yang gravitasinya sangat besar sehingga kecepatan lepasnya pun jauh lebih besar dari kecepatan cahaya.
Kecepatan cahaya sendiri merupakan batasan tercepat kecepatan yang ada di alam semesta yang mengacu pada kemampuan cahaya bergerak.  Jika untuk lepas dibutuhkan kecepatan lepas yang lebih besar dari kecepatan cahaya maka bisa dikatakan apapun yang ada di dalam benda tersebut akan terjebak di sana selamanya. Bahkan cahaya pun tidak akan bisa lepas. Seperti masuk ke dalam terowongan tak berujung :  lubang hitam !.
Bagaimana Lubang Hitam Terbentuk ?
Siklus hidup bintang. Lubang hitam berasal dari inti bintang masif yang meledak. kredit : NASA
Cara paling umum pembentukan sebuah lubang hitam di alam semesta adalah dalam ledakan supernova.  Artinya lubang hitam merupakan akhir dari kehidupan bintang. Ketika bintang dengan massa lebih dari 25 massa Matahari mengakhiri hidupnya, ia akan meledak dalam ledakan nuklir yang maha dasyat.  Bagian terluar terlontar dengan kecepatan tinggi sedangkan bagian inti bintangnya akan mengalami keruntuhan menjadi sebuah obyek yang sangat mampat. Inti yang mampat ini kemudian bisa membentuk bintang yang kaya akan netron dan disebut sebagai bintang netron yang massa 1 sendok teh materinya saja 1 milyar ton.
Tapi jika massa si inti bintang yang mengalami keruntuhan itu lebih dari 3 massa Matahari, maka gravitasi dari inti bintang yang mengalami keruntuhan itu akan terus memberi tekanan hingga obyek itu semakin mampat  dan medan gravitasi di permukaannya semakin kuat dan akhirnya ia pun menjadi lubang hitam. Jika proses ini selesai, lubang hitam yang terbentuk akan memiliki massa beberapa kali massa Matahari.  Dan obyek yang terbentuk inilah yang sering dijumpai di alam semesta dan dikenal sebagai lubang hitam bermassa bintang.
Tapi ada juga lubang hitam maha raksasa laksana monster, yakni lubang hitam super masif. Lubang hitam yang satu ini biasanya mengintai dari pusat galaksi dan ukurannya raksasa. Massanya bukan lagi beberapa kali massa Matahari melainkan jutaan sampai milyaran kali lebih besar. Lubang hitam seperti ini diperkirakan terbentuk bersamaan dengan terbentuknya galaksi tempat ia berdiam. Tapi bagaimana prosesnya? Ini masih menjadi misteri dan tanda tanya.  Tapi diperkirakan lubang hitam super masif ini terbentuk dari ledakan bintang yang sangat besar yang kemudian menciptakan lubang hitam dari intinya yang runtuh. Selanjutnya si lubang hitam ini memangsa lebih banyak materi termasuk lubang hitam lainnya sehingga ia bisa memiliki massa yang besar.  Ingat, gravitasi lubang hitam yang sangat kuat akan menarik benda-benda disekelilingnya.  Diduga, lubang hitam super masif tersebut ada di pusat setiap galaksi termasuk di Bima Sakti.
Cara lain bagi terbentuknya lubang hitam adalah dari 2 bintang netron yang saling mengorbit bergabung dan menghasilkan ledakan sinar gamma yang dasyat yang bisa dideteksi dari seluruh alam semesta yang sudah diamati. Ledakan sinar gamma inilah yang menjadi tangisan kelahiran lubang hitam.
Mencari Lubang Hitam
Lubang hitam, bagaimana rupanya apakah ia sebuah lubang nan gelap? Sayangnya bukan. Lubang hitam bukanlah sebuah lubang di angkasa seperti lubang yang kita kenal di Bumi. Ia adalah sebuah obyek yang memiliki gravitasi yang sangat kuat dan bahkan cahaya pun tidak dapat lepas darinya. Artinya cahaya pun terperangkap di dalamnya. Artinya lagi, ini obyek yang tidak memancarkan cahaya. Nah, pertanyaan selanjutnya bagaimana lubang hitam bisa ditemukan?
Meski tidak tampak, lubang hitam bukanlah sebuah benda “sakti” yang tidak bisa dikenali. Satu hal pasti, astronom tidak pernah mendeteksi Lubang Hitam. Untuk bisa menemukan keberadaan lubang hitam, yang dideteksi adalah fenomena yang hanya bisa dijelaskan oleh keberadaan obyek dekat yang sesuai dengan gambaran sebuah lubang hitam. Inilah sidik jari lubang hitam.
Gaya gravitasi yang sangat kuat dari lubang hitam mempengaruhi gerak obyek di sekitarnya. Jika astronom melihat bintang yang sedang mengitari sesuatu namun tidak dapat melihat bendanya maka bisa diduga benda yang tidak tampak itu adalah lubang hitam. Selain itu saat materi akan ditelan oleh lubang hitam, ada ledakan radiasi yang sangat kuat yang dapat dilihat oleh pengamat di Bumi.
Astronom juga dapat mengetahui massa lubang hitam dengan mengukur massa bintang di sekitarnya dan kecepatan bintang tersebut.  Perhitungan yang sama juga bisa diterapkan untuk lubang hitam super masif yang mengintip dari pusat galaksi.
Di pusat Bima Sakti juga terdapat lubang hitam super masif. Fakta ini terungkap dari perilaku bintang dan gas yang ada di area pusat galaksi. Bintang-bintang dan juga gas di skeitar pusat galaksi bergerak sangat cepat, perilaku ini hanya bisa dijelaskan oleh keberadaan sebuah obyek dengan massa beberapa juta kali massa Matahari di pusat galaksi kita. Massa tersebut haruslah terpusat dalam radius 10 hari cahaya atau sekitar 40 kali jarak Matahari – Pluto. Dan dengan demikian bisa dipastikan itu adalah obyek lubang hitam super masif.
Sidik jari lubang hitam juga bisa dikenali dari bintang berpasangan. Ketika salah satu bintang dalam pasangan tersebut menjadi lubang hitam, keduanya masih akan terus saling mengorbit satu sama lainnya. Dengan mengamati sistem tersebut, para astronom akan dapat mengetahui orbit bintang normal dan menentukan massa si lubang hitam. Tapi hanya ada beberapa sistem seperti ini. Satu hal menarik lainnya adalah para astronom telah berhasil menemukan tanda yang bisa membawa astronom menuju lubang hitam. Apakah itu?
Sinar-X.
Ketika lubang hitam mengkonsumsi materi yang jatuh ke dalamnya dari bintang pasangan, materi tersebut akan menjadi sangat panas dan memancarkan sinar-X dan sinar gamma. Inilah yang kemudian bisa menjadi tanda untuk mengindikasikan sebuah sumber sebagai lubang hitam. Faktanya lagi, area di sekitar lubang hitam sangat baik dalam hal memancarkan radiasi energi tinggi seperti ini. Karena itulah astronom kemudian membangun mata-mata di ruang angkasa yang dapat melihat radiasi tersebut seperti Chandra X-ray Observatory dan Fermi Gamma-ray Space Telescope milik NASA atau XMM-Newton X-ray Space observatory milik ESA.
Sumber :langit selatan

Supernova dalam Selubung Debu


Bintang, sama seperti manusia punya perjalanan hidup dan suatu hari dia akan mengakhiri kehidupannya itu dengan berbagai cara bergantung pada massanya. Bagi bintang-bintang raksasa mereka akan mengakhiri siklus hidupnya dalam ledakan supernova. Tapi, bintang yang satu ini agak berbeda.
Supernova yang berada dalam selubung debu. Kredit : Ohio State University
Bintang raksasa yang berada di galaksi jauh ini baru saja mengakhiri hidupnya dalam selubung debu dan bukannya sebuah ledakan yang biasanya terjadi. Kejadian aneh yang diamati para peneliti dari Ohio State University ini pun tampaknya kejadian pertama untuk tipe akhir hidup dalam selubung debu. Tapi, bukan berarti kejadian tersebut langka atau aneh, karena tampaknya pola mengakhiri siklus hidup seperti ini umum pada masa awal alam semesta. Bahkan kejadian tersebut juga memberi petunjuk akan apa yang bisa kita lihat jika bintang yang sangat terang di galaksi menjadi supernova.
Survei AGN
Sebagai bagian dari Spitzer Space Telescope Deep Wide Field Survey, para astronom mensurvei data untuk mencari active galactic nuclei (AGN), lubang hitam supermasif yang berada di pusat galaksi. AGN ini biasanya memancarkan sejumlah besar panas saat ada materi yang terhisap ke dalam lubang hitam. Pada umumnya, astronom akan mencari bintik panas yang bervariasi temperaturnya karena bintik inilah yang dapat menjadi bukti perubahan yang terjadi ketika materi terhisap dalam lubang hitam.
Normalnya, dalam pencarian seperti ini para astronom tidak akan mengharapkan menemukan supernova karena biasanya supernova melepaskan sebagian besar energinya sebagai cahaya bukannya panas.
Akan tetapi saat mencari lubang hitam, ada satu bintik yang sangat panas, tampak pada galaksi yang jaraknya 3 milyar tahun cahaya dari Bumi. Yang menarik, bintik ini tidak cocok dengan tipe sinyal panas dari AGN. Spektrum cahaya yang tampak dari galaksi juga tidak menunjukkan keberadaan AGN, setelah para peneliti melakukan konfirmasi akan fakta yang didapat dengan menggunakan teleskop Keck 10 meter di Hawaii.

Obyek itu, supernova

Panas yang sangat besar tersuar dari obyek tersebut lebih dari 6 bulan dan kemudian meredup di awal Maret 2008. Petunjuk lain untuk keberadaan sebuah obyek yang dikenal sebagai supernova. Selama lebih dari 6 bulan obyek ini melepaskan energi yang jauh lebih besar dari energi yang bisa dihasilkan Matahari di sepanjang hidupnya.
Para astronom juga mengetahui jika sumber panas itu merupakan supernova, maka dari jumlah energi yang ekstrim yang ia pancarkan akan mengklasifikasikan obyek baru ini sebagai supernova yang besar atau sebuah hipernova. Temperatur obyek tersebut berkisar pada 1000 K sedikit lebih panas dari permukaan planet Venus.  Nah ini memang sedikit aneh. Ada apa di obyek baru tersebut yang bisa menyerap energi cahaya yang demikian besar dan menghamburkannya sebagai panas?
Jawabannya adalah debu dan jumlahnya sangat besar.

Bintang apakah itu?

Sekarang, saatnya para astronom bekerja untuk menelusuri kembali jenis bintang apakah yang bisa menghasilkan supernova dan bagaimana debu bisa meredam sebagian ledakan. Mereka pun melakukan perhitungan dan menemukan kalau bintang tersebut merupakan bintang raksasa yang setidaknya memiliki massa 50 kali lebih masif dari Matahari.  Bintang masif seperti ini biasanya melontarkan debu saat mereka mendekati akhir kehidupannya.
Hasil perhitungan menunjukkan, bintang seperti ini akan memiliki 2 kali lontaran. Lontaran pertama terjadi sekitar 300 tahun sebelum supernova dan lontaran kedua terjadi sekitar 4 tahun sebelum ledakan. Gas dan debu dari kedua lontaran ini akan tetap berada disekitar bintang dan kemudian secara perlahan masing – masing mengembang menjadi cangkang yang menyelubungi bintang. Selubung bagian dalam merupakan gas dan debu yang berasal dari lontaran kedua 4 tahun sebelumnya akan berada sangat dekat dengan bintang, sedangkan selubung terluar yang berasal dari 300 tahun lalu akan berada lebih jauh dari bintang.
Selubung terluar dari debu ini hampir tak tembus cahaya, sehingga ia akan menyerap energi cahaya yang melewati cangkang bagian dalam dan mengubahnya menjadi panas.  Inilah yang menyebabkan supernova ini muncul di survei Spitzer sebagai awan debu panas. Bahkan menurut Krzysztof Stanek, profesor astronomi di Ohio State, bintang mungkin lebih sering tersedak dalam debunya sendiri di masa lalu.
Peristiwa seperti ini tampaknya jauh lebih sering terjadi pada galaksi kecil dengan tingkat kandungan logam yang rendah. Atau dengan kata lain,  galaksi tersebut merupakan galaksi muda dimana kala waktu keberadaannya masih belum cukup bagi bintang memiliki reaksi fusi yang mengubah hidrogen dan helium menjadi senyawa kompleks yang oleh para astronom diklasifikasi sebagai logam.

Peluang melihat Supernova dalam Selubung di masa depan
Eta Carinae sistem bintang dengan kecerlangan 4 juta kali Matahari. kredit: Nathan Smith (University of California, Berkeley), NASA
Di masa depan, dalam Wide-field Infrared Explorer (WISE), yang sudah diluncurkan NASA pada bulan Desember 2009, supernova tipe ini akan semakin banyak ditemukan. Bahkan diharapkan WISE akan dapat melihat setidaknya 100 tipe supernova seperti ini dalam 2 tahun. Akan tetapi, posisi Bumi dan Matahari (Tata Surya) yang segaris dengan galaksi tersebut, para astronom tidak akan bisa melihat peristiwa tersebut dengan mata telanjang saat ia terjadi. Para pengamat dari Bumi baru akan dapat melihatnya saat si bintang bersinar terang sekitar 1 dekade dari sekarang. Pada jangka waktu 1 dekade itulah gelombang kejut dari bintang yang meledak akan mencapai selubung debu bagian dalam dan menembusnya menuju selubung bagua luar. Pada saat itulah, pengamat di Bumi punya sesuatu yang dapat diamati.
Para pengamat juga setidaknya punya satu kesempatan untuk melihat cahaya serupa yang lebih dekat dengan Bumi. Jika Eta Carina menjadi supernova saat ini, maka peristiwa yang serupa diperkirakan akan terjadi. Eta Carina merupakan sistem bintang yang berada di Bima Sakti  yang terdiri dari dua bintang Wolf Rayet pada jarak 7500 – 8000 tahun cahaya.  Kedua bintang tersebut diselubungi cangkang debu Nebula Homunculus. Para astronom meyakini nebula tersebut terbentuk saat bintang terbesa dari kedua bintang itu mengalami letusan masif di tahun 1840 dan diperkirakan akan ada letusan kedua yang terjadi di masa depan.
Sumber : langit selatan

Apakah galaksi memuai


Tahun 1929, Edwin Hubble mengukur pergeseran merah dari sejumlah galaksi jauh. Ia juga mengukur jarak relatif dengan pengukuran kecerlangan semu bintang variabel Cepheid di setiap galaksi. saat melakukan plot pergeseran merah terhadap jarak relatif, Hubble menemukan kalau pergeseran merah galaksi jauh ini meningkat dalam fungsi linear terhadap jarak. Galaksi-galaksi jauh itu bergerak saling menjauh satu sama lainnya, dan memberikan adanya gambaran kalau alam semesta ternyata tidak tetap melainkan memuai.
Ilustrasi tabrakan Galaksi Bima Sakti dan Galaksi ANdromeda. Kredit : NASA
Fenomena menjauhnya galaksi-galaksi hanya terlihat secara secara mencolok pada galaksi-galaksi yang terjauh, yaitu pada galaksi-galaksi yang jaraknya paling tidak milyaran tahun cahaya dari kita, karena kecepatan menjauhnya galaksi akibat pemuaian alam semesta berbanding lurus dengan jaraknya dari kita. Semakin jauh jaraknya, semakin besar kecepatan pemuaiannya.
Sedangkan untuk kasus galaksi yang berada relatif dekat dengan kita, gerakan menjauhnya galaksi akibat pemuaian alam semesta masih kalah besar dibandingkan gerakan akibat interaksi gravitasi antara kedua galaksi yang berdekatan.  Seperti sebuah pertarungan antara interaksi gravitasi  (yang menarik dua galaksi saling mendekati satu sama lainnya) dengan pemuaian alam semesta (yang mendorong mereka untuk saling menjauh).
Inilah yang terjadi pada galaksi Andromeda yang relatif dekat dengan Bima Sakti.  Interaksi gravitasi antara Galaksi Bima Sakti dan Galaksi Andromeda lebih besar dibanding gerkan menjauhnya Andromeda akibat pemuaian alam semesta. Atau dengan kata lain gaya gravitasi yang menang. Akibatnya, Bima Sakti dan Andromeda akan bergerak saling mendekat dan kemudian bertabrakan. Inilah yang akan terjadi di masa depan antara Galaksi Bima Sakti dan Galaksi Andromeda setidaknya beberapa milyar tahun lagi

apakah galaksi mengorbit sesuatu


Para tetangga Bima Sakti
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita tinjau saling berkelompoknya galaksi-galaksi di alam semesta. Layaknya manusia, ternyata Galaksi Bima Sakti atau kita sebut saja Bima Sakti tidaklah menyendiri di alam semesta ini, namun mengelompok dengan galaksi-galaksi tetangganya. Hal yang sama berlaku juga untuk Galaksi Bima Sakti. Berdasarkan penelitian-penelitian mengenai pengelompokkan Bima Sakti dengan tetangganya (misalnya di http://messier.seds.org/more/local.html), jumlah “tetangga” Bima Sakti itu setidaknya mencapai 48 galaksi.
Dalam kelompok galaksi yang dikenal sebagai Grup Lokal (Local Group) ini, terdapat dua buah galaksi utama, yaitu Bima Sakti dan galaksi Andromeda (dikenal juga dengan galaksi M31) plus satu galaksi yang ukurannya lebih kecil, yaitu galaksi Triangulum (dikenal juga dengan galaksi M33). Lalu bagaimana dengan galaksi lainnya? Galaksi lainnya adalah galaksi-galaksi kecil sehingga dikatakan sebagai galaksi satelit terhadap kedua galaksi besar tersebut. Adapun galaksi Triangulum diperkirakan merupakan satelit galaksi Andromeda. Berikut ditampilkan peta Grup Lokal dan nama-nama galaksi anggotanya.

Peta Grup Lokal. Kredit : Atlas of the Universe
Efek gravitasi Grup Lokal
Karena di Grup Lokal ini Bima Sakti dan Andromeda adalah galaksi yang besar dan ukurannya tidak terlalu jauh berbeda, sementara galaksi lainnya adalah pengiring kedua galaksi ini, dengan segera kita akan mengatakan bahwa massa Grup Lokal ini sangat ditentukan oleh massa kedua galaksi ini. Akibatnya, posisi titik pusat massa Grup Lokal ini tidak akan jauh dari kedua galaksi ini. Dan hasil penelitian menunjukkan titik pusat massa yang dikenal dengan titik barycenter Grup Lokal ini berada di antara Bima Sakti dan Andromeda.
Konsep titik pusat massa Grup Lokal ini mirip dengan konsep titik pusat massa di tata surya kita. Sebagaimana umum diketahui, planet-planet dikatakan mengelilingi Matahari karena massa Matahari jauh lebih besar daripada planet-planet di tatasurya. Sesungguhnya, planet-planet serta anggota lainnya di tata surya, termasuk Matahari, bukanlah mengelilingi Matahari tetapi mengelilingi titik pusat massa tata surya. Dengan kata lain, sebenarnya Matahari pun mengorbit titik pusat massa tata surya ini! Namun demikian, karena titik pusat massa tata surya ini masih dekat dengan pusat Matahari, maka dikatakanlah planet-planet mengelilingi Matahari.
Sekarang, mari kita kembali ke Grup Lokal. Apakah Bima Sakti, Andromeda juga galaksi pengiring lainnya mengelilingi titik barycenter-nya? Dengan mengambil ide titik pusat massa di tata surya kita, sesungguhnya kita dapat memperkirakan bahwa Bima Sakti dan Andromeda serta galaksi kecil lainnya akan mengorbit titik barycenter ini. Namun demikian, bagaimana bentuk orbitnya? Apakah orbit Bima Sakti dan Andromeda hanya berupa garis lurus, ataukah ellips ataukah lingkaran?
Untuk mengetahui hal itu para astronom melakukan dua macam pengamatan, yaitu yang pertama melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan apakah Andromeda bergerak menjauhi atau mendekati Bima Sakti secara radial. Ilustrasi hal ini adalah ketika kita mengamati mobil ambulans yang bergerak di jalan raya yang lurus. Jika suara sirinenya makin lama makin keras terdengar oleh kita, maka kita katakan mobil ambulans tersebut mendekati kita. Adapun jika sura sirinenya makin lama makin sayup, kita katakanan ambulans tersebut menjauhi kita. Inilah prinsip efek Doppler yang banyak dikenal di fisika.
Hal yang sama dapat diterapkan pada Andromeda tersebut, dengan catatan suara sirinenya diganti oleh spektrum cahaya yang dipancarkan oleh Andromeda. Kita tahu spektrum cahaya tampak itu terbagi atas warna-warna penyusun pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, nila dan ungu (atau biru). Ternyata susunan warna itu berkesesuaian dengan panjang gelombangnya, yaitu panjang gelombang warna merah adalah yang paling panjang dan panjang gelombang warna biru adalah paling pendek.
Prinsip efek Doppler pada spektrum cahaya ini adalah jika spektrum cahaya yang terekam bergeser ke arah spektrum warna biru, maka objek yang memancarkan cahaya tersebut bergerak mendekati pengamat secara radial. Hal yang sebaliknya terjadi, yaitu jika spektrum cahaya yang teramati bergeser ke arah cahaya merah, maka objek yang memancarkan cahaya tersebut bergerak menjauhi pengamat secara radial. Pada saat prinsip ini diterapkan pada Andromeda, ternyata para astronom mendapati hasil Andromeda bergerak mendekati Bima Sakti secara radial dengan kecepatan sekitar 109 km/detik. Sebagai catatan, kecepatan ini sangatlah besar. Jika dibandingkan dengan kecepatan mobil di jalan tol yang bisa mencapai 100 km/jam, kecepatan mobil itu tidak ada apa-apanya karena kecepatan radial Andromeda itu setara dengan laju sebesar 392.400 km/jam. Dengan laju sebesar ini, kita bisa mengelilingi Bumi sebanyak hampir 10 kali dalam 1 jam!
Adapun metode pengamatan yang kedua adalah para astronom melakukan pengamatan untuk mengetahui gerak menyamping atau disebut juga gerak transversal (gerak tegak lurus terhadap gerak radial) galaksi Andromeda tersebut. Analogi gerak transversal ini adalah saat kita mengamati kapal di lautan yang menyusuri horizon. Dari waktu ke waktu, kapal tersebut akan tetap tampak kecil, karena jarak radialnya dari kita tetap. Dengan demikian metode efek Doppler tidak bisa diterapkan di sini. Kita hanya dapat mengetahui pergerakan kapal tersebut saat posisinya dibandingkan dengan benda lain yang lebih jauh darinya. Sebagai tambahan, metode pengamatan ini sangat sulit untuk dilakukan dan hanya diketahui nilainya baru-baru ini saja (sejak tahun 2000an). Penyebabnya adalah semakin jauh suatu objek akan semakin sulit untuk diamati gerak transversalnya. Kesulitan itu pun berlaku untuk galaksi Andromeda. Hanya dengan pengamatan presisi saja hal ini dapat diketahui dan salah satunya adalah dengan menggunakan teleskop Hubble.
Teknik pengamatannya adalah, sebagaimana diuraikan di atas, dengan mengamati Andromeda selama bertahun-tahun dan posisinya dibandingkan dengan galaksi lain yang terlihat berada di sekitarnya namun posisinya sangat jauh dibandingkan Andromeda. Dengan asumsi galaksi-galaksi yang sangat jauh itu diam (mengingat gerak transversalnya dianggap diabaikan) maka kita akan tahu apakah Andromeda itu bergerak atau tidak. Pergerakan yang diamati ini pun belum langsung pergerakan menyamping karena bisa saja Andromeda bergerak agak serong antara ke samping dan ke depan atau ke belakang. Di astronomi, gerak diri Andromeda itu dinamakan proper motion Andromeda. Setelah melakukan analisis datanya plus sejumlah koreksi diperolehlah nilai gerak diri Andromeda itu, yaitu 12 mikrodetik busur/tahun. Dengan melakukan transformasi dari proper motion ke gerak transversal, para astronom pun akhirnya dapat mengetahui gerak transversal Andromeda tersebut, yaitu sebesar 17 km/detik. Meskipun nilai ini terlihat kecil, namun dengan kecepatan sekecil itu kita bisa mengelilingi Bumi sebanyak 1,5 kali dalam satu jam!
Sekarang, mari kita tinjau konsekuensi kedua hasil pengamatan di atas. Laju radial Andromeda yang mencapai 109 km/detik menunjukkan bahwa Andromeda bergerak mendekati Bima Sakti. Namun gerak menyampingnya, yang nilainya sekitar seperenam kali gerak radialnya, akan menyebabkan gerak mendekat ini agak serong. Di lain pihak, Bima Sakti pun akan bergerak mendekati Andromeda, namun dengan agak serong juga sebagaimana Andromeda, mengingat massa Bima Sakti hampir sama dengan Andromeda. Ini artinya, Bima Sakti dan Andromeda saling bergerak mengelilingi pusat massa keduanya dengan bentuk orbit ellips yang hampir lonjong. Sebagai catatan, jika saja laju menyamping itu nilainya nol, maka Andromeda dan Bima Sakti akan saling mendekati satu sama lain atau bentuk orbit keduanya berupa garis lurus. Dengan kata lain, pada masa depan keduanya akan saling bertabrakan!
Apakah dengan bentuk orbit ellips yang lonjong itu keduanya juga akan bertabrakan? Ternyata jawabannya adalah ya. Ini karena masing-masing galaksi ini bukanlah seperti Bumi yang bentuknya mirip bola yang agak lonjong, namun berupa cakram yang pipih. Terlebih, galaksi bukanlah terdiri atas benda tunggal berukuran raksasa namun terdiri atas objek-objek yang lebih kecil namun saling terikat satu sama lain karena efek gravitasi keseluruhannya.
Dengan mengetahui masing-masing massa Bima Sakti dan Andromeda yang mencapai 1,5 triliun massa Matahari, jarak Bima Sakti-Andromeda saat ini yang mencapai 770 ribu parsec, jarak terdekat Andromeda dan Bima Sakti akan terjadi pada hampir 4 milyar tahun ke depan dengan jarak 35 ribu parsec. Pada saat tersebut, masing-masing bentuk Bima Sakti dan Andromeda akan berubah dari bentuk asalnya berupa cakram yan pipih. Ini karena gravitasi dari Andromeda akan mempengaruhi bentuk Bima Sakti dan begitu juga sebaliknya. Selanjutnya, Andromeda akan menjauhi Bima Sakti lagi hingga mencapai jarak sekitar 172 ribu parsec pada hampir 4,8 milyar tahun dari sekarang. Bentuk orbit keduanya pun menjadi hampir berpa garis lurus. Akhirnya, kedua galaksi ini akan menyatu pada 6,3 milyar tahun dari sekarang. Hal ini lebih jelas dilihat pada simulasi berikut ini yang dibuat oleh tim peneliti dari teleskop Hubble.
____ Sumber : langit selatan

Nasib Bumi Ketika Galaksi Bimasakti & Andromeda Bertabrakan


Tabrakan antara galaksi Bimasakti dan Andromeda akan terjadi sekitar 4 milyar tahun lagi.  Tapi tabrakan antara 2 buah galaksi tidaklah seperti bayangan kita bahwa tabrakan itu akan menimbulkan kehancuran dan bintang akan kocar kacir.

Ilustrasi tabrakan Galaksi Bima Sakti dan Galaksi ANdromeda. Kredit : NASA
Tabrakan antara dua galaksi justru menghasilkan penggabungan antara keduanya yang membentuk sebuah galaksi ellips. Itulah yang diperkirakan akan terjadi dengan Bimasakti dan Andromeda saat keduanya bertabrakan.
Ketika tabrakan yang kemudian menghasilkan galaksi ellips itu terjadi, bintang-bintang di dalam kedua galaksi itu diperkirakan tidak akan saling bertabrakan. Memang di dalam galaksi Andromeda ada setidaknya 1 trilyun bintang dan di Bimasakti memiliki 300 milyar bintang tapi perlu diingat jarak satu bintang ke bintang lain itu cukup jauh. Contohnya Matahari dan bintang terdekatnya yang berjarak 4.2 tahun cahaya. Dan meskipun di area pusat galaksi, kerapatan bintang cukup tinggi tapi jarak antar bintangnya pun masih jauh sehingga ketika terjadi tabrakan antar galaksi, bintang-bintang di dalamnya tidak akan bertabrakan melainkan keduanya akan menyatu. Berdasarkan simulasi, proses penyatuan ini akan memakan waktu 2 milyar tahun, dan  bintang-bintang akan mengalami perubahan orbit untuk mengitari pusat galaksi yang baru, lubang hitam supermasif kembar yang juga akan menciptakan quasar yang sangat terang. Kedua lubang hitam tersebut diperkirakan akan bergerak spiral menuju satu sama lainnya sampai kemudian bergabung menjadi sebuah lubang hitam supermasif raksasa.
Nah, bagaimana dengan Tata Surya?

Matahari yang menjadi raksasa merah akan mengisi langit seperti yang tampak dari bumi. Gambar ini menunjukan topografi Bumi yang sudah meleleh menjadi lava. Tampak siluet bulan dengan latar raksasa merah. Copyright William K. Hartmann
Simulasi tabrakan antara Andromeda dan Bimasakti tidak saja menunjukkan kalau bintang-bintang tidak akan bertabrakan tapi juga menunjukkan kalau Matahari dan planet-planetnya tidak akan berada dalam bahaya kehancuran. Yang terjadi adalah Matahari dan planet-planetnya akan tersapu menjauhi pusat galaksi 3 kali lebih jauh dari lokasinya sekarang atau sekitar 100000 tahun cahaya dari pusat galaksi.Matahari akan menempati posisi barunya  di area halo terluar galaksi baru gabungan Andromeda-Bimasakti. Di tempat ini Tata Surya akan aman dari si lubang hitam supermasif kembar yang ada di pusat galaksi.
Bagaimana dengan Bumi dan kehidupan di dalamnya? Kalau hanya berdasarkan tabrakan antar galaksi maka Bumi akan aman-aman saja.
Tapi sebelum tabrakan Andromeda – Bimasakti terjadi, Matahari akan memasuki tahap evolusi berikutnyayang menyebabkan Bumi sudah tidak lagi nyaman untuk kehidupan. Artinya pada saat itu, Bumi sudah menjadi planet yang sangat panas yang tidak lagi dapat mempertahankan air dalam wujud cair di permukaannya. Tidak hanya itu, ketika Matahari mengembang menjadi raksasa merah, ada kemungkinan Bumi akan ditelan masuk ke dalam atmosfer Matahari. Pada saat itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel-partikel gas. Orbitnya akan menyusut dan ia akan bergerak spiral kedalam. Itulah akhir dari kisah perjalanan Bumi dan kehidupan di dalamnya.
Sumber : langit selatan

Masa Depan Bumi Saat Matahari Berevolusi


Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu efek yang sangat signifikan dalam perubahan kondisi Bumi selama beberapa dekade dan abad ke depan. Namun, bagaimana dengan nasib Bumi jika terjadi pemanasan bertahap saat Matahari menuju masa akhir hidupnya sebagai bintang katai putih? Akankah Bumi bertahan, ataukah masa tersebut akan menjadi masa akhir kehidupan Bumi?

Bintang Raksasa Merah. Impresi artis. source : Universetoday
Milyaran tahun lagi, Matahari akan mengembang menjadi bintang raksasa merah. Saat itu, ia akan membesar dan menelan orbit Bumi. Akankah Bumi ditelan oleh Matahari seperti halnya Venus dan Merkurius? Pertanyaan ini telah menjadi diskusi panjang di kalangan astronom. Akankah kehidupan di Bumi tetap ada saat matahari menjadi Katai Putih?
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan K.-P. Schr¨oder dan Robert Connon Smith, ketika Matahari menjadi bintang raksasa merah, ekuatornya bahkan sudah melebihi jarak Mars. Dengan demikian, seluruh planet dalam di Tata Surya akan ditelan olehnya. Akan tiba saatnya ketika peningkatan fluks Matahari juga meningkatkan temperatur rata-rata di Bumi sampai pada level yang tidak memungkinkan mekanisme biologi dan mekanisme lainnya tahan terhadap kondisi tersebut.
Saat Matahari memasuki tahap akhir evolusi kehidupannya, ia akan mengalami kehilangan massa yang besar melalui angin bintang. Dan saat Matahari bertumbuh (membesar dalam ukuran), ia akan kehilangan massa sehingga planet-planet yang mengitarinya bergerak spiral keluar. Lagi-lagi pertanyaannya bagaimana dengan Bumi? Akankah Matahari yang sedang mengembang itu mengambil alih planet-planet yang bergerak spiral, atau akankah Bumi dan bahkan Venus bisa lolos dari cengkeramannya?
Perhitungan yang dilakukan oleh K.-P Schroder dan Robert Cannon Smith menunjukan, saat Matahari menjadi bintang raksasa merah di usianya yang ke 7,59 milyar tahun, ia akan mulai mengalami kehilangan massa. Matahari pada saat itu akan mengembang dan memiliki radius 256 kali radiusnya saat ini dan massanya akan tereduksi sampai 67% dari massanya sekarang. Saat mengembang, Matahari akan menyapu Tata Surya bagian dalam dengan sangat cepat, hanya dalam 5 juta tahun. Setelah itu ia akan langsung masuk pada tahap pembakaran helium yang juga akan berlangsung dengan sangat cepat, hanya sekitar 130 juta tahun. Matahari akan terus membesar melampaui orbit Merkurius dan kemudian Venus. Nah, pada saat Matahari akan mendekati Bumi, ia akan kehilangan massa 4.9 x 1020 ton setiap tahunnya (setara dengan 8% massa Bumi).

Perjalanan evolusi Matahari sejak lahir sampai menjadi bintang katai putih.
Setelah mencapai tahap akhir sebagai raksasa merah, Matahari akan menghamburkan selubungnya dan inti Matahari akan menyusut menjadi objek seukuran Bumi yang mengandung setengah massa yang pernah dimiliki Matahari. Saat itu, Matahari sudah menjadi bintang katai putih. Bintang kompak ini pada awalnya sangat panas dengan temperatur lebih dari 100 ribu derajat namun tanpa energi nuklir, dan ia akan mendingin dengan berlalunya waktu seiring dengan sisa planet dan asteroid yang masih mengelilinginya.
Zona Laik Huni yang Baru
Saat ini Bumi berada di dalam zona habitasi / laik huni dalam Tata Surya. Zona laik huni atau habitasi merupakan area di dekat bintang di mana planet yang berada di situ memiliki air berbentuk cair di permukaannya dengan temperatur rata-rata yang mendukung adanya kehidupan. Dalam perhitungan yang dilakukan Schroder dan Smith, temperatur planet tersebut bisa menjadi sangat ekstrim dan tidak nyaman untuk kehidupan, namun syarat utama zona habitasinya adalah keberadaan air yang cair.

Terbitnya bintang raksasa merah. Impresi artis. Sumber: Jeff Bryant's Space Art.
Tak dapat dipungkiri, saat Matahari jadi Raksasa Merah, zona habitasi akan lenyap dengan cepat. Saat Matahari melampaui orbit Bumi dalam beberapa juta tahun, ia akan menguapkan lautan di Bumi dan radiasi Matahari akan memusnahkan hidrogen dari air. Saat itu Bumi tidak lagi memiliki lautan. Tetapi, suatu saat nanti, ia akan mencair kembali. Nah saat Bumi tidak lagi berada dalam area habitasi, lantas bagaimana dengan kehidupan di dalamnya? Akankah mereka bertahan atau mungkin beradaptasi dengan kondisi yang baru tersebut? Atau itulah akhir dari perjalanan kehidupan di planet Bumi?
Yang menarik, meskipun Bumi tak lagi berada dalam zona habitasi, planet-planet lain di luar Bumi akan masuk dalam zona habitasi baru milik Matahari dan mereka akan berubah menjadi planet layak huni. Zona habitasi yang baru dari Matahari akan berada pada kisaran 49,4 SA – 71,4 SA. Ini berarti areanya akan meliputi juga area Sabuk Kuiper, dan dunia es yang ada disana saat ini akan meleleh. Dengan demikian objek-objek disekitar Pluto yang tadinya mengandung es sekarang justru memiliki air dalam bentuk cairan yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan. Bahkan bisa jadi Eris akan menumbuhkan kehidupan baru dan menjadi rumah yang baru bagi kehidupan.
Bagaimana dengan Bumi?
Apakah ini akhir perjalanan planet Bumi? Ataukah Bumi akan selamat? Berdasarkan perhitungan Schroder dan Smith Bumi tidak akan bisa menyelamatkan diri. Bahkan meskipun Bumi memperluas orbitnya 50% dari orbit yang sekarang ia tetap tidak memiliki pluang untuk selamat. Matahari yang sedang mengembang akan menelan Bumi sebelum ia mencapai batas akhir masa sebagai raksasa merah. Setelah menelan Bumi, Matahari akan mengembang 0,25 SA lagi dan masih memiliki waktu 500 ribu tahun untuk terus bertumbuh.

Matahari yang menjadi raksasa merah akan mengisi langit seperti yang tampak dari bumi. Gambar ini menunjukan topografi Bumi yang sudah meleleh menjadi lava. Tampak siluet bulan dengan latar raksasa merah. Copyright William K. Hartmann
Saat Bumi ditelan, ia akan masuk ke dalam atmosfer Matahari. Pada saat itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel-partikel gas. Orbitnya akan menyusut dan ia akan bergerak spiral kedalam. Itulah akhir dari kisah perjalanan Bumi.
Sedikit berandai-andai, bagaimana menyelamatkan Bumi? Jika Bumi berada pada jarak 1.15 SA (saat ini 1 SA) maka ia akan dapat selamat dari fasa pengembangan Matahari tersebut. Nah bagaimana bisa membawa Bumi ke posisi itu?? Meskipun terlihat seperti kisah fiksi ilmiah, namun Schroder dan Smith menyarankan agar teknologi masa depan dapat mencari cara untuk menambah kecepatan Bumi agar bisa bergerak spiral keluar dari Matahari menuju titik selamat tersebut.
Yang menarik untuk dikaji adalah, umat manusia seringkali gemar berbicara tentang masa depan Bumi milyaran tahun ke depan, padahal di depan mata, kerusakan itu sudah mulai terjadi. Bumi saat ini sudah mengalami kerusakan awal akibat ulah manusia, dan hal ini akan terus terjadi. Bisa jadi akhir perjalanan Bumi bukan disebabkan oleh evolusi matahari, tapi oleh ulah manusia itu sendiri. Tapi bisa jadi juga manusia akan menemukan caranya sendiri untuk lolos dari situasi terburuk yang akan dihadapi.
Sumber:  Langit selatan

Rabu, 19 September 2012

Selamat tinggal indonesia



Sebuah ide radikal muncul dari seorang pakar “ilmu penamaan” Teuku Chandra Adinawan. Dalam bukunya yang bertitel Selamat Tinggal Indonesia Chandra mengemukakan ide gila tersebut.Chandra menilai nama Indonesia kurang membawa keberuntungan bagi bangsa ini. Sering “sakit-sakitan”, tak henti dihajar bencana dan rakyatnya tak kunjung sejahtera.(Radar Banyumas,6 Juni 2012)

Tradisi mengganti nama negara bukanlah sesuatu yang baru. Menurut Chandra banyak negara yang setelah berganti nama kondisi menjadi lebih makmur dan sejahtera. Ia mencontohkan beberapa negara yang telah berganti nama seperti malaysia yang dulunya bernama malaka, Brunei Darussalam sebelumnya hanya bernama Brunei. Sementara Singapura dulunya bernama Tumasik. Negara-negara yang berganti nama tersebut saat ini adalah negara yang relatif lebih makmur dibanding Indonesaia.
Nama Indonesia menurut Chandra kurang membawa keberuntungan bagi bangsa ini. Ia membandingkan nama Indonesia dengan Argentina.Nasib negara Indonesai dan Argnetina mempunyai beberapa kesamaan. Pertama, nama Indonesia dan Agentina sama-sama terdiri dari sembilan huruf. Kedua, nama Indonesia dan Argentina sama-sama mempunyai huruf tengah “N” d. Ketiga nama Indonesai dan Argentina masing-masing memiliki huru ganda “I” dan “N”, untuk (In)donesaia dan Argent(in)a.
Chandra mengusulkan beberapa nama alternatif untuk mengganti nama negara Indonesaia. Di antaranya,Indonesiaraya ( tanpa spasi) , Indonesia Raya ( dengan spasi) serta Nusantara atau Dwipantara.
Mengganti nama dalam budaya suatu bangsa atau dalam agama adalah suatu hal yang wajar. Keinginan untuk lebih baik banyak menjadi alasaan seseorang mengganti namanya. Seperti presiden RI yang pertama dulunya bernama Kusno Sosrodiharjo karena sering sakit-sakitan namanya diganti menjadi Soekarno.
Entah karena kebetulan atau memang berkah dari mengganti nama Soekarno tumbuh menjadi remaja yang tidak sakit-sakitan. Bahkan dalam perjalanannya beliau menjadi orang besar bangsa ini.
Bagi orang yang terbiasa berpikir rasional tentu sulit mempercayai hal-ha seprti yang diungkapkan oleh Pak Chandra. Bagaiman mungkin nama dapat berpengaruh terhadap nasib seseorang atau suatu bangsa. Nyatanya banyak orang yang nama tidak bagus-bagus amat juga sukses.
Sementara itu bagi agama atau budaya suatu daerah nama mempuanyai makna sebagai do’a. Sehingga dalam memberi nama seorang anak hendaknya mempertimbangkan arti atau do’a yang dikandung dari nama tersebut.
Namun demikian juga banyak orang yang percaya hal-hal yang bersiafat irasional terkait dengan nama seseorang, perusaahan, negara atau logo sebuah perusahaan. Nyatanya Pak Chandra mempunayai klien ribuan yang berasal dari dalam dan luar negeri. Dan dengan menggeluti profesi selama tiga puluh tahun beliau bahkan dapat berkeliling dunia. Ini artinya Banyak orang mengaku adanya kebenaran terakait denga “ilmu penamaan’ tersebut.
Untuk mengganti nama sebuah negara buknlah hal yang mudah. Yang jelas akan menimbulkan pro dan kontra di samping itu implikasi dari penggantian nama akan berdampak secara luas dalam kehidupan bernegara.
Nah pembaca, seandainya nama negara Indonesia diganti kira-kira nama apa yang pantas ?. bagaimana pun juga kita ingin negeri ini menjadi lebih baik.

Daftar virus buatan indonesia

Berikut dibawah ini Daftar Antivirus Buatan Indonesia yang paling sering digunakan kebanyakan orang di Indonesia :


1. Smadav

 
SMADAV adalah antivirus tak berbayar  buatan Indonesia yang mulai disosialisaikan pada awal bulan Maret 2007 dan mulai dikenal pada januari 2009. antivirus SMADAV ini mulanya dikhususkan untuk mengatasi virus lokal dan mancanegara, yang menyebar di Indonesia.


2. PC Media Antivirus

PCMAV adalah Antivirus buatan PCMedia, PCMedia merupakan sebuah sebuah majalah komputer Indonesia, PCMAV mulai diluncurkan pada awal tahun 2006, antivirus ini merupakan antivirus yang paling banyak digunakan di Indonesia. PC Media Antivirus Beroperasi dibawah sistem operasi Microsoft Windows (XP/Vista/7 keatas).


3. ANSAV Antivirus

ANSAV adalah antivirus yang dibuat oleh perusahaan Indonesia yang mulai dipopulerkan sejak bulan Oktober 2006 dan merupakan pesaing dari Antivirus PCMAV yang terlebih dahulu telah diluncurkan.   ( khusus ansav, aku suka logonya ) 


4. Blue Atom Antivirus 

Blue Atom Antivirus merupakan antivirus yang dibuat oleh anak kelas XI E SMP Katolik Stella Maris, Surabaya, yang bernama Alvin Leonardo yang masih berusia 14 Tahun.


5. GUCUP Antivirus (GAV)

GUCUP Antivirus merupakan salah satu karya anak bangsa yang sudah dikenal Indonesia bahkan dunia Internasional, Antivirus ini dibuat oleh Yusuf Theretsa Patiku, mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.


6. AVIGEN Antivirus

AVIGEN Antivirus merupakan antivirus buatan Indonesia yang mempunyai website di www.vibi-bego.com

7.ARTAV Antivirus

Artav merupakan pemain baru dalam antivirus lokal, nama artav sendiri diambli oleh Codernya sendiri, yaitu dua kakak beradik ( usia smp ), dan sang adik membuat file antivirus itu sendiri sementara sang kakak membuat logonya.